Kompetensi Dasar 5
Menjelaskan bagaimana Membangun paradigm entrepreneurship
Setiap orang ketika
memutuskan untuk bekerja dalam profesi tertentu selalu dipengaruhi oleh cara
pandang yang dimilikinya. Misalnya ada yang ingin memiliki kelimpahan uang
kemudian mendorongnya untuk menemukan dan melakukan pekerjaan yang cocok dengan
cara pandang. Menjadi entrepreneur juga
tidak dapat dipisahkan dengan paradigma. Paradigma entrepreneurship adalah cara
pandang visi terhadap realitas dari sutu
usaha yang berisi sikap dan nilai serta perilaku uasaha. Paradigma ini bisa
direalisasikan dalam usaha bila didukung pula dengan pengetahuan dan
keterampilan teknis administrasi dan manajerial. [1]
Seorang
entrepreneur perlu mengenal diri sendiri, membangun sikap mental (mindset)
entrepreneur. Paradigma entrepreneur seorang entrepreneur adalah visi seorang
entrepreneur terhadap realitas. Ada banyak realitas yang dihadapi manusia,
khususnya realitas sosial yang sering mendatangkan tantangan atau kesulitan.
Terhadap realitas seperti ini, seorang entrepreneur tertantang menemukan visi
untuk mengatasi tantangan tersebut. Visi seorang entrepreneur adalah dambaan
atau cita-cita seorang entrepreneur di masa mendatang berupa kondisi yang lebih
baik dan dapat dicapai. Untuk bisa mencapai visi maka diperlukan norma, system
nilai, dan keyakinan yang akan menjadi landasan berperilaku. Visi atau tujuan hidup manusia
bermacam-macam. Ada yang ingin mnjadi entrepreneur yang sukses, ada yang ingin
menjadi pendidik yang sukses, dll[2].
Visi
seorang entrepreneur merupakan visi (tujuan) yang terukur, maksudnya visi
tersebut dapat direalisasikan dalam tahapan waktu. Untuk itu maka dalam
menentukan visi (tujuan), seorang entrepreneur perlu mempertimbangkan tiga hal
penting dalam dalam menetapkan tujuan hidup, yakni:
a. Ingin
menjadi apa
b. Ingin
melakukan apa
c. Ingin
memiliki apa
Tiga
elemen penting dalam penetapan visi atau tujuan seorang entrepreneur Kristen
searah dengan apa yang dinyatakan dalam Alkitab, yaitu Allah menempatkan
manusia di dunia dengan tujuan yang telah dirancang Allah. Bila merujuk pada
Kejadian 2:15 maka jelaslah bahwa Allah menemptakan manusia di Eden dengan tiga
elemen di atas: menjadi apa, melakukan apa dan memiliki apa. Penulis Injil
Matius ketika memaparkan doa Bapa Kami yang didalamnya mengandung salah satu
kehendak Tuhan yaitu agar manusia terjamin ekonominya: makanan yang secukupnya
atau rejeki yang secukupnya. Untuk mencapai maksud ini perlu kerja keras.
Jadi
kebenaran prinsip: ingin menjadi apa, ingin melakukan apa, ingin memiliki apa
tidak bertentangan sepanjang masih dalam control firman-Nya. Maksudnya tiga
elemen tersebut dalam praktiknya tidak dapat dipisahkan dari maksud Allah
sebagaimana yang disaksikan dalam firman-Nya. Prinsip ingin menjadi apa tidak bertentangan sepanjang menjadi apa tidak
bertentangan dengan firman-Nya, dengan maksud yang sama berlaku untuk prinisp ingin melakukan apa, keinginan yang
sesuai firman-Nya pastilah keinginan yang baik. Ingin melakukan apa harus
bersesuaian dengan firman Tuhan. Demikian juga prinsip memiliki apa sepanjang bersesuaian dengan firman-Nya. Tiga prinsip
ini saling berkorelasi satu dengan yang lainnya. Dengan demikian seorang
entrepreneur Kristen yang bervisi ingin
menjadi apa akan mempengaruhi usahanya yakni melakukan apa yang berdampak
pada memiliki apa dalam bidang
financial dan kehidupan rohani.
Selain
visi di atas, ada tiga nilai yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan
tujuan, yakni: [3]
a. Nilai
yang berorientasi kemajuan (teknologi) atau berwawasan modern.
b. Nilai
yang berorientasi materi dan non materi, meskipun tidak menolak uang
c. Orientasi
mutu.
0 comments:
Post a Comment