Kesulitan
mendapat kerja karena krisis global, baik yang melanda negera-negara besar
seperti Amerika Serikat pada akhir tahun 2008. Kesulitas ini merambah ke
berbagai daerah, khususnya ke Asia terutama ASEAN dan Indonesia di awal tahun
2009 yang lalu. Global krisis menciptakan apa yang disebut dengan “ multi
crisis effect” yang berdampak pada banyak perusahan di Indonesia. Hal ini
berakibat pada perampingan organisasi dalam bentuk PHK (Pemutusan Hubungan
Kerja), meningkatnya jumlah pengangguran terdidik, yang terdiri atas lulusan
sarjana, Doktor, SMA dan sederajatnmya, atau yang belum mengalami pendidikan
formal. Kesulitan menacari kerja atau terbatasnya lapangan kerja menyebabkan
pemerintah segera merespon dengan tindakan cerdas untuk mengatasi tingkat
pengangguran terdidik yang hanya berorientasi mencari kerja dan bukan berusaha
menciptakan lapangan kerja. Konteks demikian inilah menjadi sebab di Indonesia
perlu ada “entrepreneurial skill” untuk menekan atau mengurangi tingkat
kemiskinan yang absolute (tinggi).
Jadi,
berdasarkan paparan singkat ini jelaslah bahwa mental “mencari kerja” yang
membudaya sementara tempat kerja seperti pegawai negeri dan kerja di perusahan
menjadi sedemikian terbatas. Menyadari hal ini perlu dikembangkan “mental
menciptakan kerja”. Hal ini yang mau dicapai dalam entrepreneurship. Semua
orang punya kemampuan yang ada dalam dirinya untuk mandiri atau punya “kreativitas
dan inovasi”. Namun lingkungan dapat menyebabkan mental ini tidak dapat
dikembangkan secara baik. Intinya adalah mengatasi masalah dengan mental: “Kreativitas
dan Inovasi”
Salam
Entrepreneurship
Yonas
Muanley