Kompetensi Dasar 2
Merekonstruksi Dasar Teologis Entrepreneur.
Dasar teologis Kristen tentang pengertian entrepreneurship yang menekankan pada aspek “kreativitas” dan “inovasi” sebagai solusi mengatasi masalah dalam kehidupan manusia. Dalam refleksi teologis Kristen, entrepreneur Kristen diartikan kreativitas dan inovasi yang dimotovasi oleh kasih dan disediakan khusus untuk melayani sesama dalam mengatasi masalah yang sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitab. Artinya entrepreneur tidak dapat dipisahkan dari kesaksian Alkitab. Akan tetapi Alkitab bukan kitab khusus tentang entrepreneur, melainkan firman Allah. Firman Allah adalah benar, oleh karena benar maka gagasan tentang entrepreneur ada dalam Alkitab. Kata entrepreneur tidak akan ditemukan dalam Alkitab tetapi ide dan praktik tentang entrepreneur disaksikan dalam Alkitab. Alkitab tidak memakai kata entrepreneur, Alkitab memakai kata ‘segambar dan serupa’. Oleh karena manusia dicipta segambar dan serupa dengan Tuhan, maka ada pada manusia kemampuan kreatifitas dan inovatif. Narasi teks Kejadian 1:27, dan 2:15 menegaskan potensi entrepreneur dan perwujudan entrepreneur dalam diri manusia. Tuhan menempatkan manusia di taman Eden untuk kreatifitas dan inovasi, perhatikan kata: pelihara dan usahakan dalam Kejadian 2:15.
Merekonstruksi Dasar Teologis Entrepreneur.
Dasar teologis Kristen tentang pengertian entrepreneurship yang menekankan pada aspek “kreativitas” dan “inovasi” sebagai solusi mengatasi masalah dalam kehidupan manusia. Dalam refleksi teologis Kristen, entrepreneur Kristen diartikan kreativitas dan inovasi yang dimotovasi oleh kasih dan disediakan khusus untuk melayani sesama dalam mengatasi masalah yang sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitab. Artinya entrepreneur tidak dapat dipisahkan dari kesaksian Alkitab. Akan tetapi Alkitab bukan kitab khusus tentang entrepreneur, melainkan firman Allah. Firman Allah adalah benar, oleh karena benar maka gagasan tentang entrepreneur ada dalam Alkitab. Kata entrepreneur tidak akan ditemukan dalam Alkitab tetapi ide dan praktik tentang entrepreneur disaksikan dalam Alkitab. Alkitab tidak memakai kata entrepreneur, Alkitab memakai kata ‘segambar dan serupa’. Oleh karena manusia dicipta segambar dan serupa dengan Tuhan, maka ada pada manusia kemampuan kreatifitas dan inovatif. Narasi teks Kejadian 1:27, dan 2:15 menegaskan potensi entrepreneur dan perwujudan entrepreneur dalam diri manusia. Tuhan menempatkan manusia di taman Eden untuk kreatifitas dan inovasi, perhatikan kata: pelihara dan usahakan dalam Kejadian 2:15.
Menurut
Brian Baugus, “entrepreneurship is a creative act made possible by the
creative impulse that God gave us. In addition, it requires certain personal
traits that God desires us to have”.[1]
Artinya, kewirausahaan adalah tindakan
kreatif dimungkinkan oleh dorongan
kreatif yang diberikan Allah kepada manusia/orang
percaya. Selain itu, memerlukan
sifat-sifat pribadi tertentu bahwa Allah menginginkan orang
percaya untuk memilikinya.
Brian Baugus,
melanjutkan pendapatnya dengan menyatakan:
Scripture
contains several cases of entrepreneurship, but we must first make sure that we
are using the proper definition of the word. Entrepreneurship is a creative act
that brings higher levels of satisfaction to people, results in more order, and
finds ways to create greater value than existed before. [2]
Artinya, Alkitab berisi
beberapa kasus kewirausahaan,
tapi pertama-tama kita harus memastikan bahwa kita menggunakan definisi yang tepat dari kata. Kewirausahaan adalah tindakan kreatif yang membawa tingkat kepuasan kepada orang-orang, menghasilkan lebih ketertiban,
dan menemukan cara untuk
menciptakan nilai lebih besar dari yang ada sebelumnya.
Tomatala memakai istilah entrepreneur rohani untuk
membedakan dengan entrepreneur umum. Entrepreneur rohani dalam konteks
pembahasan Tomatala dalam bukunya yang berjudul Spiritual Entrepreneurship Anda juga bisa menjadi entrepreneur rohani
tidak lain adalah entrepreneur Kristen. Selain itu Abdul Jalil dalam bukunya
berjudul Spiritual Enterpreneurship Transformasi Spiritualitas kewirausahaan
menghubungkan dengan perspektif Islam terhadap entrepreneurship. Abdul Jalil
tidak membahas pengertian entrepreneurship dalam perspektif agama lain tetapi
hanya menyebutkan perspektif Islam.[3]
Penjelasan di atas menghantar kita kepada kesimpulan bahwa entrepreneur dapat dibedakan dalam dimensi ekonomi dan rohani. Ada entrepreneur ekonomi dan entrepreneur rohani.
Bahan selanjutnya saya simpan .....
Dalam konteks Kristen, Dr. Yakob Tomatala menyatakan, entrepreneur rohani (Kristen) adalah orang yang memiliki hubungan unik dengan Tuhan sebagai dasar kekuatan dan integritasnya dalam berusaha. Entrepreneur rohani (Kristen) adalah penyalur berkat Tuhan kepada orang lain yang ada disekitarnya. [4]
Penjelasan di atas menghantar kita kepada kesimpulan bahwa entrepreneur dapat dibedakan dalam dimensi ekonomi dan rohani. Ada entrepreneur ekonomi dan entrepreneur rohani.
Bahan selanjutnya saya simpan .....
Dalam konteks Kristen, Dr. Yakob Tomatala menyatakan, entrepreneur rohani (Kristen) adalah orang yang memiliki hubungan unik dengan Tuhan sebagai dasar kekuatan dan integritasnya dalam berusaha. Entrepreneur rohani (Kristen) adalah penyalur berkat Tuhan kepada orang lain yang ada disekitarnya. [4]
Menurut Tomatala, makna kata entrepreneurship menunjuk
kepada kadar kemandirian tinggi, yang olehnya ada pikiran, keberanian untuk
bertindak melaksanakan sesuatu secara mandiri dengan menggunakan cara unik
sehingga mendatangkan sukses, keberhasilan atau keberuntungan.” Berdasarkan
definisi ini, Tomatala mengarahkan penekanan pada kemandirian yang menjadi salah
satu ciri entrepreneurship. Berdasarkan fokus tersebut, Tomatala
mengidentifikasi karakteristik seorang entrepreneurship sebagai berikut: [5]
a. Seorang
entrepreneur memiliki kemandirian dalam berpikir unggul yaitu kemampuan
berpikir tinggi untuk mengubah sesuatu menjadi peluang untuk sukses atau
melalui kemampuan berpikir tinggi, seorang entrepreneurship selalu berupaya
untuk menangkap peluang, mencipta dan mencari kesempatan dalam segala sesuatu.
b. Seorang
entrepreneursip memiliki kemandirian dalam keberanian dalam mengambil keputusan
dan berani menanggung resiko yang mungkin timbul atas keputusannya.
c. Seorang
entrepreneur memiliki kemandirian dalam kepiawaian merekayasa cara unggul untuk
menangkap peluang usaha.
Berdasarkan pemahaman sebagaimana yang dimaksud di atas, maka seorang
entrepreneur memiliki karakteristik kemampuan berpikir unggul, bersikap berani,
dan bertindak dengan cara unggul dalam menanganai suatu upaya atau usaha
mandiri (dalam berbagai bentuk) yang menyebabkan ia berhasil.[6]
Jadi, entrepreneur Kristen adalah kemampuan berpikir secara
kreatif dan inovatif yaitu mampu mewujudkan cita-cita kreatifnya ke dunia nyata atas (inovatif) kelompok Kristen yang
dipimpinya. Seorang entrepreneur Kristen adalah seorang yang dalam
kepemimpinannya mampu mengubah padang ilalang menjadi kota baru, atau mengubah
tempat pembuangan sampah menjadi resort yang indah. Entrepreneur Kristen bisa
mengubah sebuah peluang menjadi tempat dimana orang lain bekerja dan
beraktivitas. Entrepreneur Kristen adalah orang yang mampu merubah kotoran dan
barang rongsokan menjadi emas bagi anggota gereja yang dipimpinnya. Entrepreneur Kristen dicirikan dengan
kemampuan inovatif dan kreatif dalam memimpin. Entrepreneur Kristen adalah
kepemimpinan yang mampu mempersiapkan bawahan yang dipimpin untuk bekerja
secara kreatif dan dan inovatif dalam bekerja di tempat kerja dan mampu
memimpin untuk menciptakan lapangan kerja yang berguna bagi anggota jemaat
mendapatkan tempat kerja yang memungkinkan mendapat kesuksesan dalam keuangan, pengembangan
gereja (perintisan gereja)
Entrepreneur Kristen yang memiliki jiwa entrepreneur
adalah kemampuan atau mental memimpin secara kreatif dan inovatif. Mampu
memimpin anggota jemaat untuk menerapkan inovatif dan kreatif di tempat kerja
tetapi juga mampu menciptakan peluang kerja yang akan berguna bagi orang lain.
Dengan kata lain mempersiapkan anggota gereja agar tidak memiliki mental
mencari kerja tetapi menemukan atau menciptakan kerja. Bukan mencari tetapi
menciptakan peluang kerja. Bukan statis bekerja di tempat kerja tetapi
mengembangkan semangat kerja secara kreatif dan inovatif, sementara bagi
anggota jemaat sesuai kemampuannnya dipimpin untuk mewujudkan kemandirian
menciptakan peluang kerja sehingga berguna bagi orang lain. Tegasnya karena
konteks yang dihadapi yakni sedikitnya lapangan kerja yang tersedia sementara
tenaga kerja sangat banyak maka pemimpin entrepreneur Kristen memimpin warga
gereja untuk memiliki dan mewujudkan mental menciptakan peluang kerja. Pemimpin
yang tidak menumpuk di gereja tetapi pemimpin yang mampu merintis gereja lokal.
Pemimpin yang tidak hanya melamar di gereja yang sudah ada tetapi pemimpin yang
mampu memualai jemaat baru di tempat baru. Kepemimpinan entrepreneur Kristen
adalah inovatif dan kreatif dalam berkhotbah dan bukan pelagiat khotbah
(mengkopi paste) kotbah pendeta lain untuk disampaikan kepada jemaat.
Kepemimpinan entrepreneur Kristen adalah kepemimpinan yang terbuka terhadap
bantuan (dukungan) sebagaimana Paulus mendapat bantuan dana dari perempuan kaya
pada zamannya tetapi berani
memberdayakan kemampuan yaitu membuat tenda untuk keperluannya demi eksistensi
pelayanan yang dipercayakan Tuhan. Kepemimpinan Entrepreneur Kristen bukan
pemimpin yang bergantung eksistensi pelayanannya pada pendapatan bulanan dari
organisasi tetapi mampu berinovasi dan berkreasi mendapatkan pendapatan demi
kelancaran pelayanan melalui kemampuan yang ada padanya seperti Paulus sang
entrepreneur dalam misi Kristus. Paulus giat melaksanakan pekabaran Injil yang
membutuhkan sokongan dana dari pihak lain yang menaruh perhatian pada misi
Kristus tetapi Paulus juga secara alamiah memberdayakan kemampuan membuat
tenda. Hasilnya yakni Paulus tetap mempertahankan eksistensi pelayanan sampai
akhir hidupnya. Entrepreneur
Kristen adalah proses mengarahkan perilaku orang lain kearah
pencapaian suatu tujuan tertentu
berdasarkan nilai-nilai Kristiani. Pengarahan dalam hal ini berarti menyebabkan orang lain
bertindak dengan cara tertentu atau mengikuti arah tertentu yang tidak bertentangan dengan
nilai-nilai Kristiani.
Entrepreneur
menjadi ilmu mandiri yang memfokuskan pada upaya menciptakan lapangan kerja
dengan memanfaatkan kreativitas dan inovasi dalam diri manusia. Dengan kata
lian, dalam teori umum, entrepreneur telah menjadi bidang kajian yang mendapat
perhatian luas. Pusat perhatian ini disebabkan karena factor kesulitan lapangan
kerja yang raltif terbatas. Sementara lulusan yang dihasilkan perguruan tinggi
semakin banyak. Memahami kenyataan ini maka usaha membahas dan mempraktekkan
entrepreneur menjadi bagian yang urgen.
Dalam konteks
iman Kristen, firman Allah dalam Alkitab menjadi dasar teologis entrepreneur
Kristen. Oleh karena firman Allah menjadi norma bagi kepemimpinan entrepreneur
Kristen maka perlu dicari dasar-dasar Alkitabiah tentang entrepreneur. Inti
dari entrepreneur adalah kemampuan mengubah masalah menjadi peluang kesuksesan
melalui kreativitas dan inovasi.
Dalam Alkitab
terdapat tokoh-tokoh yang sukses dalam entrepreneur, seperti:
1.
Abraham (Kej. 13, 14, 19, 21)
2.
Salomo
(1 Kings 5, 9, I Kings 3, 4:26, 1 Kings 9, I Kings 12)
3.
Lydia
of Thyratira (Acts 16:14-15, 40)
Secara teologis
dapat dipahami bahwa entrepreneur merupakan salah satu usaha yang dikehendaki
Tuhan dan itu diketahui melalui Alkitab maka orang Kristen atau anggota jemaat
perlu didorong untuk mengembangkan potensi kreativitas dan inovasinya dalam
mengubah berbagai kesulitan yang dihadapi untuk menjadi peluang. Jemaat tidak
hanya memiliki kemampuan mempersembahkan persembahan tetapi jemaat dapat
diberdayakan kemampuan entrepreneur. Dorongan entrepreneur seperti ini perlu
dilakukan oleh pemimpin-pemimpin Kristen, khususnya pemimpin gereja di mana
seorang gembala melayani. Para pemimpin jemaat tidak hanya terbatas pada
persembahan jemaat tetapi bagaimana menolong jemaat dengan kewirausahaan.
Ada banyak
jenis entrepreneur yang dilakukan oleh anggota jemaat. Untuk maksud inilah maka
diperlukan seorang pemimpin yang memimpin jemaat dengan gaya kepemimpinan
entrepreneur Kristen. Entrepreneur Kristen didasarkan pada pemahaman teologis
bahwa Allah adalah entrepreneur utama dan pertama. Demikian juga Yesus Kristus
telah melakukan entrepreneur (kristopreneur) untuk keselamatan manusia. Jadi ada theopreneurship (Kej. 1), dan Christopreneurship
(Injil), serta pneuma-preneur (Karya Roh Kudus)
Entrepreneurship
Kristen atau kewirausahaan
Kristen adalah tindakan kreatif
dimungkinkan oleh dorongan kreatif
yang diberikan Allah kepada
setiap orang percaya. Di dalam
Alkitab terdapat banyak contoh tentang entrepreneur (kewirausahaan) tetapi Alkitab berisi
beberapa kasus kewirausahaan,
tetapi perlu dipahami bahwa perlu
merumuskan suatu definisi yang tepat tentang kata kewirausahaan. Kewirausahaan adalah tindakan kreatif yang membawa
tingkat kepuasan kepada orang-orang,
menghasilkan lebih ketertiban, dan menemukan cara untuk menciptakan nilai lebih besar dari
yang ada sebelumnya. [7]
Kemampuan
entrepreneur sebagaimana yang dipaparkan dalam teori umum sebenarnya sudah ada
dalam Alkitab. Dalam mandate Tuhan kepada Adam dan Hawa yaitu memelihara dan
mengusahakan taman di mana manusia di tempatkan. Kemampuan untuk secara kreatif
dan inovatif tersebut dapat terwujud dalam diri manusia karena manusia
diciptakan segambar dan serupa dengan Allah. Hal ini menegaskan bahwa setiap
manusia sejak lahir sudah memiliki kemampuan entrepreneur.
Alkitab bukanlah kitab entrepreneurship
tetapi Alkitab adalah firman Allah yang juga menyaksikan tentang salah satu
tugas manusia yaitu entrepreneur. Di dalam Alkitab terdapat beberapa contoh
tentang pelaku entreprenurship seperti Abraham yang sangat kaya, ia memiliki
banyak ternak, emas dan perak. Bahkan melalui entrepreneur Abraham semua orang diberkati. [8] Contoh lain dalam
Perjanjian Lama adalah Raja Salomo yang terlibat dalam perdagangan, ia menjadi satu-satunya raja Yahudi untuk
sepenuhnya memanfaatkan keuntungan yang diberikan oleh rute-rute perdagangan
pada saat itu (bnd.
I Raja-raja 5, 9). [9]. Sebaliknya, anak Salomo,
memilih penasihat miskin dan membuat keputusan
yang buruk
(I Raja-raja
12). [10]
Di dalam Perjanjian Baru dikemukakan
beberapa contoh entrepreneurship yang dapat dipahami dalam diri Lydia dari
Thyratira. Lydia
adalah seorang entrepreneur kain ungu di Thyratira.[11] Beberapa rasul
juga melaksanakan entrepreneur yaitu menjalankan bisnis perikanan,
dan pengumpulan pajak
seperti rasul Matius. Entrepreneur Paulus
adalah membuat tenda, Sedangkan Lukas melakukan entrepreneur melalui
praktek ilmu kedokteran.[12]
Selain itu tindakan entrepreneur juga dapat dihubungkan dengan penanaman gereja
seperti yang dilakukan oleh Paulus, Barnabas,
Timotius, Silas, dan
banyak lainnya. Jadi,
penanaman gereja juga adalah tindakan kewirausahaan. Jadi,
entrepreneur Kristen ditandai oleh iman, visi, ketekunan,
dan kemauan untuk
berdiri kuat dalam menghadapi
berbagai
tantangan dalam mewujudkan enrtepreneurship.[13]
Selanjutnya saya simpan ......
[1] http://blog.tifwe.org/entrepreneurship-in-the-bible/ diakses tanggal, 4 Desember 2014
[2]Brian Baugus, Entrepreneurship in the Bible , tersedia
dalam http://blog.tifwe.org/entrepreneurship-in-the-bible/ diakses tanggal, 4 Desember 2014
[3] Abdul Jalil, Spiritual Enterpreneurship Transformasi Spiritualitas Kewirausahaan (Yogyakarta
: LKiS, 2013), hlm. 67
[4] Yakob Tomatala, Spiritual Entrepreneurship Anda Juga Bisa
Menjadi Entrepreneur Rohani (Jakarta : YT Leadership Foundation, 2010),
hlm. 7-8
[5] Yakob Tomatala, Spiritual Entrepreneurship Anda Juga Bisa
Menjadi Entrepreneur Rohani (Jakarta : YT Leadership Foundation, 2010),
hlm. 9-11
[6] Yakob Tomatala, Spiritual Entrepreneurship Anda Juga Bisa
Menjadi Entrepreneur Rohani (Jakarta : YT Leadership Foundation, 2010),
hlm. 11-12
[7]Brian Baugus, entrepreneurship in the Bible http://blog.tifwe.org/entrepreneurship-in-the-bible/ diakses tanggal, 4 Desember 2014
[8]Brian Baugus, entrepreneurship in the Bible http://blog.tifwe.org/entrepreneurship-in-the-bible/ diakses tanggal, 4 Desember 2014
[9]Brian Baugus, entrepreneurship in the Bible http://blog.tifwe.org/entrepreneurship-in-the-bible/ diakses tanggal, 4 Desember 2014
[10]Brian Baugus, entrepreneurship in the Bible http://blog.tifwe.org/entrepreneurship-in-the-bible/ diakses tanggal, 4 Desember 2014
[11]Brian Baugus, entrepreneurship in the Bible http://blog.tifwe.org/entrepreneurship-in-the-bible/ diakses tanggal, 4 Desember 2014
[12]Brian Baugus, entrepreneurship in the Bible http://blog.tifwe.org/entrepreneurship-in-the-bible/ diakses tanggal, 4 Desember 2014
[13]Brian Baugus, entrepreneurship in the Bible http://blog.tifwe.org/entrepreneurship-in-the-bible/ diakses tanggal, 4 Desember 2014
0 comments:
Post a Comment